Jumat, 18 Desember 2015

SPSS

Pengertian SPSS 
          SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya. Beberapa aktivitas dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan pointing dan clicking mouse.
         SPSS banyak digunakan dalam berbagai riset pemasaran, pengendalian dan perbaikan mutu (quality improvement), serta riset-riset sains. SPSS pertama kali muncul dengan versi PC (bisa dipakai untuk komputer desktop) dengan nama SPSS/PC+ (versi DOS). Tetapi, dengan mulai populernya system operasi windows. SPSS mulai mengeluarkan versi windows (mulai dari versi 6.0 sampai versi terbaru sekarang). [1]

Langkah Analisis Mencari Statistika Deskriptif
Tabel 1 Data Nilai Mahasiswa (bukan data sebenarnya)
Nama Usia Jenis Kelamin Nilai APK Nilai PPC Nilai PLO
Suhairi 20 Laki-Laki 80 50 70
Ambon 21 Laki-Laki 70 70 90
Astri 22 Perempuan 60 80 70
Henri 21 Laki-Laki 80 90 60
Yugos 22 Laki-Laki 90 60 70
Muji 19 Perempuan 70 80 80
Tatang 20 Laki-Laki 60 70 40
Ferdi 21 Laki-Laki 60 90 60
Arsyad 21 Laki-Laki 70 70 40
Fauzan 21 Laki-Laki 90 80 60
*) Laki-Laki (Value: 1), Perempuan (Value: 2)

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meng-entry data, tentunya anda perlu paham dasar-dasar SPSS. Entry data dilakukan pada tab sheet Data View setiap baris mewakili  satu responden, sedangkan setiap kolom mewakili  satu variabel, dalam kasus ini variabelnya adalah: Nama, Usia, Jenis Kelamin, Nilai APK, Nilai PPC, dan Nilai PLO. Berikut langkah-langkah entry datanya:

  • Masukkan variabel: Nama untuk “Nama”, Usia untuk “Usia”, Gender untuk “Jenis Kelamin”, APK untuk “Nilai APK”, PPC untuk “Nilai PPC”, dan PLO untuk “Nilai PLO” pada kolom Name pada tab sheet [Variable View].
  • Berilah label untuk masing-masing variabel dengan menuliskannya pada kolom Label: Usia, Jenis Kelamin, Nilai APK, Nilai PPC, dan Nilai PLO. Hal ini berarti: variabel Gender mempunyai label “Jenis Kelamin”, variabel APK mempunyai label “Nilai APK”, dan seterusnya.
  • Untuk variabel Gender pada kolom Values, definisikan Value: 1 = Laki-laki dan Value: 2 = Perempuan.
  • Untuk variabel Nama (baris pertama ) pada kolom Type, ubah tipe data menjadi String.
  • Pada kolom Decimals isi nol untuk semua variabel.
  • Untuk kolom lainnya seperti Width, Missing, dan Columns biarkan tetap default SPSS.
  • Jangan lupa ”save”  atau tekan Ctrl + S. Secara default SPSS akan memberi nama file: data_1.sav, saya merubah nama file menjadi eRiskProject_1.sav.

spss-desc-1
Gambar 1. Entry Variabel pada Tab Sheet Variable View

  • Kemudian klik tab sheet [Data View] dan mulailah meng-entry data seperti yang diperlihatkan Gambar 2 di bawah ini.

spss-desc-2
Gambar 2. Entry Data pada Tab Sheet Data View

  • Untuk melihat hasil definisi Value pada variabel Gender, klik ikon Label pad Toolbars, variabel Gender akan terdefinisi menjadi laki-laki dan perempuan, tidak lagi berisi angka 1 dan 2.
  • Selanjutnya, kita ingin menjumlahkan nilai APK, PPC, dan PLO, Klik menu [Transform] –> [Compute], muncul dialog box Compute Variable.
  • Buatlah variabel baru dengan nama “total” untuk menempatkan hasil penjumlahan nilai APK, PPC, dan PLO, caranya: tuliskan “total” pada form Target Variable. Kemudian Klik [Type & Label], beri label “Nilai Total“.
  • Ketik “APK + PPC + PLO” (sesuai nama variabel dan perintah penjumlahan ) pada form Numeric Expression. Anda juga dapat menggunakan tombol-tombol yang tersedia pada dialog box, lihat Gambar 3.

spss-desc-3
Gambar 3. Contoh Perintah Penjumlahan pada Dialog Box Compute Variable

  • Klik [OK]. Pada Data View akan muncul variabel baru dengan nama “Total” (lihat Gambar 4).

spss-desc-4
Gambar 4. Output dari Perintah Penjumlahan pada Dialog Box Compute Variable 
Setelah data di-entry, selanjutnya memulai menggunakan perintah-perintah statistik deskriptif
Dengan menggunakan data sebelumnya langkah-langkah perintah Descriptives adalah sebagai berikut:

  • Klik menu [Analyze] -> [Descriptives Statistics] -> [Descriptives].
  • Muncul dialog box Descriptives. Masukkan variabel yang akan dianalisis ke form Variables(s). Untuk melakukan setting optional klik [Options].
  • Muncul dialog box Descriptives: Options. Centang analisis yang diperlukan. Dalam hal ini pilihannya adalah: Mean, Std. deviation, Minimum, Maximum, Kurtosis, Skewness, dan pada form Display Order centang Variable list.

spss-desc-9
Gambar 9. Langkah-Langkah Descriptives Statistics

  • Klik [Continue] dan [OK]. Hasil analisis akan terlihat seperti tabel yang ditunjukkan Gambar 10 di bawah ini:

spss-desc-10
Gambar 10. Output Descriptives

Tabel output di atas menunjukkan jumlah pengukuran (N), nilai minimum (Minimum), nilai maksimum (Maximum), nilai rata-rata (Mean), standar deviasi (Std.), Skewness, dan Kurtosis dari masing-masing variabel. Nilai skewness merupakan ukuran kesimetrisan histogram, sedangkan kurtosis merupakan ukuran datar atau runcingnya histogram. Idealnya nilai skewness dan kurtosis pada distribusi normal adalah nol. Oleh karena itu:

  • Jika nilai skewness positif maka distribusi data “miring ke kiri distribusi normal” (ada frekuensi nilai yang tinggi di sebelah kiri titik tengah distribusi normal), sebaliknya apabila skewness negatif maka distribusi data ”miring ke kanan distribusi normal” (kiri bagi kita yang melihatnya).
  • Jika nilai kurtosis positif maka distribusi data “meruncing” (ada satu nilai yang mendominasi), sebaliknya apabila Kurtosis Negatif maka distribusi data “melandai” (varians besar).

Perhatikan Gambar 10 di atas, variabel Usia memiliki skewness negatif dan kurtosis positif, artinya distribusinya “miring ke kiri distribusi normal” dan “meruncing”. Pada variabel nilai APK, nilai skewness positif dan nilai kurtosis negatif, artinya distribusinya “miring ke kanan distribusi normal” dan “melandai”. Sebagai pembuktian, buat histogram untuk variabel Usia dan Nilai APK. Berikut caranya:

  • Klik menu [Graphs] -> [Histogram], maka muncul dialog box Histogram.
  • Pilih variabel Usia dan masukkan dalam form Variable.
  • Centang Display normal curve, untuk memperlihatkan kurva normal.
  • Selanjutnya klik [OK]. [2]


    Langkah Analisis Mencari Korelasi 


    Perlu diingat :

    Koefisien Korelasi akan selalu berada di dalam Range -1 ≤ r ≤ +1

    Jika ditemukan perhitungan diluar Range tersebut, berarti  telah terjadi kesalahan perhitungan dan harus di koreksi terhadap perhitungan tersebut.

    Rumus Pearson Product Moment


    Koefisien Korelasi Sederhana disebut juga dengan Koefisien Korelasi Pearson karena rumus perhitungan Koefisien korelasi sederhana ini dikemukakan oleh Karl Pearson yaitu seorang ahli Matematika yang berasal dari Inggris.
    Rumus yang dipergunakan untuk menghitung Koefisien Korelasi Sederhana adalah sebagai berikut :
    (Rumus ini disebut juga dengan Pearson Product Moment)
    r =               nΣxy – (Σx) (Σy)                   
    .         √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}
    Dimana :
    n    = Banyaknya Pasangan data X dan Y
    Σx = Total Jumlah dari Variabel X
    Σy = Total Jumlah dari Variabel Y
    Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
    Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
    Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

    Pola / Bentuk Hubungan antara 2 Variabel  :

    1. Korelasi Linear Positif  (+1)

    Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel yang lainnya secara teratur dengan arah yang sama. Jika Nilai Variabel X mengalami kenaikan, maka Variabel Y akan ikut naik. Jika Nilai Variabel X mengalami penurunan, maka Variabel Y akan ikut turun.
    Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati +1 (positif Satu) berarti pasangan data Variabel X dan Variabel Y memiliki Korelasi Linear Positif yang kuat/Erat.

    2. Korelasi Linear Negatif (-1)

    Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel yang lainnya secara teratur dengan arah yang berlawanan. Jika Nilai Variabel X mengalami kenaikan, maka Variabel Y akan turun. Jika Nilai Variabel X mengalami penurunan, maka Nilai Variabel Y akan naik.
    Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati -1 (Negatif Satu) maka hal ini menunjukan pasangan data Variabel X dan Variabel Y memiliki Korelasi Linear Negatif yang kuat/erat.

    3. Tidak Berkorelasi (0)

    Kenaikan Nilai Variabel yang satunya kadang-kadang  diikut dengan penurunan Variabel lainnya atau kadang-kadang diikuti dengan kenaikan Variable yang lainnya. Arah hubungannya tidak teratur, kadang-kadang searah, kadang-kadang berlawanan.
    Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati 0 (Nol) berarti pasangan data Variabel X dan Variabel Y memiliki korelasi yang sangat lemah atau berkemungkinan tidak berkorelasi.
    Ketiga Pola atau bentuk hubungan tersebut jika di gambarkan ke dalam Scatter Diagram (Diagram tebar) adalah sebagai berikut :
    Pola Hubungan Korelasi Scatter Diagram

    Tabel tentang Pedoman umum dalam menentukan Kriteria Korelasi :

    rKriteria Hubungan
    0Tidak ada Korelasi
    0 – 0.5Korelasi Lemah
    0.5 – 0.8Korelasi sedang
    0.8 – 1Korelasi Kuat / erat
    1Korelasi Sempurna

    Contoh Penggunaan Analisis Korelasi di Produksi :

    1. Apakah ada hubungan antara suhu ruangan dengan jumlah cacat Produksi?
    2. Apakah ada hubungan antara lamanya waktu kerusakan mesin dengan jumlah cacat produksi?
    3. Apakah ada hubungan antara jumlah Jam lembur dengan tingkat absensi?

    Contoh Kasus Analisis Korelasi Sederhana :

    Seorang Engineer ingin mempelajari apakah adanya pengaruh Suhu Ruangan terhadap Jumlah Cacat yang dihasilkan dan juga ingin mengetahui keeratan serta bentuk hubungan antara dua variabel tersebut. Engineer tersebut kemudian mengambil data selama 30 hari terhadap rata-rata (mean) suhu ruangan dan Jumlah Cacat Produksi seperti dibawah ini :
    TanggalRata-rata Suhu RuanganJumlah Cacat
    12410
    2225
    3216
    4203
    5226
    6194
    7205
    8239
    92411
    102513
    11217
    12204
    13206
    14193
    152512
    162713
    172816
    182512
    192614
    202412
    212716
    22239
    232413
    242311
    25227
    26215
    272612
    282511
    292613
    302714

    Penyelesaian :

    Pertama-tama hitunglah X², Y², XY dan totalnya seperti tabel dibawah ini :
    TanggalRata-rata Suhu Ruangan (X)Jumlah Cacat    (Y)X2Y2XY
    12410576100240
    222548425110
    321644136126
    4203400960
    522648436132
    61943611676
    720540025100
    823952981207
    92411576121264
    102513625169325
    1121744149147
    122044001680
    1320640036120
    14193361957
    152512625144300
    162713729169351
    172816784256448
    182512625144300
    192614676196364
    202412576144288
    212716729256432
    2223952981207
    232413576169312
    242311529121253
    2522748449154
    2621544125105
    272612676144312
    282511625121275
    292613676169338
    302714729196378
    Total6992821648731126861
    Kemudian hitunglah Koefisien Korelasi berdasarkan rumus korelasi dibawah ini :
    r =               nΣxy – (Σx) (Σy)                    
    .          √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}

    r =                   (30 . 6861) – (699) (282)                     
    .          √{30. 16487 – (699)²} {30 . 3112 – (282)2}
    r =                    (205830) – (197118)                          
    .          √{494610 – 488601} {93360 – 75924}
    r =               8712          
    .                9118.13
    r =   0.955
    Jadi Koefisien Korelasi antara Suhu Ruangan dan Jumlah Cacat Produksi adalah 0.955, berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang ERAT dan bentuk hubungannya adalah Linear Positif.
    Jika Hubungan Suhu Ruangan dan Jumlah Cacat Produksi dibuat dalam bentuk Scatter Diagram (Diagram Tebar), maka bentuknya akan seperti dibawah ini :
    Scatter Diagram untuk Korelasi
    Analisis Korelasi (Correlation Analysis) juga merupakan salah satu alat (tool) yang digunakan dalam Metodologi Six Sigma di Tahap Analisis.
    Untuk mempermudah kita dalam Menghitung Koefisien Korelasi, kita juga dapat menggunakan Microsoft Excel. Silakan kunjungi : “Cara Menghitung Koefisien Korelasi dengan menggunakan Microsoft Excel” untuk mengetahui langkah-langkah perhitungannya. [3]

    Langkah Analisis Mencari Regresi
             
    1. Input data ke SPSS.
    Ada 2 view dalam SPSS, yaitu Data View dan Variable View. Data di input ke Data View. 

    Sementara Variable View digunakan untuk memberi nama variabel. 



    2. Tahap selanjutnya yaitu analisis regresi. Untuk melakukan analisis Regresi Sederhana, pilih menu Analyze, lalu Regression dan klik Linear. 


    Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Nilai Impor ke kotak Dependent dan variabel Pendapatan Nasional ke kotak Independent(s). Klik OK.



    Ini hasil analisis Regresi Sederhana

    3. Untuk melakukan analisis Regresi Ganda. Pilih menu Analyze, lalu Regression dan klik Linear. Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Tahun ke kotak Dependent, sedangkan variabel Nilai Impor dan Pendapatan Nasional ke kotak Independent(s). Klik Statistics. Aktifkan box Collinearity diagnostics dan klik Continue. Klik OK.



    Ini hasil analisis Regresi Ganda

    NB : Setiap selesai melakukan analisis, hasil analisisnya di save. Setelah semuanya selesai, data yang diinput pertama kali juga di save. [4]







































    REFERENSI :
    [1] https://soehusaeni.wordpress.com/2010/06/08/apa-itu-spss/
    [2] https://eriskusnadi.wordpress.com/2008/12/11/statistik-deskriptif-dengan-spss/
    [3] http://teknikelektronika.com/pengertian-analisis-korelasi-sederhana-rumus-pearson/
    [4] http://dianindahlestari41.blogspot.co.id/